Sunday, April 7, 2013

Kamu dukun yah? Kok tau?

Q. karena kamu telah mengguna-guna hatiku, yahahahaha
Q : apakah kamu punya humor lain? Kalau ada posting dijawabanmu
Tebarkanlah Bintang di JPS!

A. kamu petani ya ..?
Karna kamu telah mencangkul hatiku ..
Wkwk ..

apa usaha untuk memajukan pertanian?
Q.

A. Memajukan Pertanian dan Menyejahterakan Petani Kita


Oleh Siswono Yudo Husodo

Catatan panjang sejarah Indonesia, secara umum menunjukkan kondisi petani kita yang serba suram. Petani selalu digambarkan sebagai kelompok sosial yang lemah baik secara politik maupun ekonomi, tidak memiliki tanah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sebagai penyakap tidak memiliki posisi tawar di hadapan pemilik tanah, sebagai petani gurem yang miskin seringkali ditindas atau diintimidasi untuk melepaskan hak atas tanahnya, bahkan seringkali dipaksa untuk menanam komoditas tertentu sesuai kehendak penguasa, dan masih banyak lagi gambaran buruk lainnya.
Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Sumber daya alam Indonesia di sektor pertanian sesungguhnya jauh lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun petani kita masih belum sejahtera; bahkan untuk petani pangan, daya belinya sangat menurun akibat Nilai Tukar Produk Pertaniannya (NTP) yang menurun. Beberapa daerah juga mengalami krisis pangan. Masih hangat dalam ingatan kita, pada musim kemarau panjang tahun 1998 lalu, lebih dari 500 orang saudara-saudara kita di Papua/Irian Jaya meninggal dunia karena kekurangan makanan dan minuman. Kondisi ini sungguh sangat ironis dan menyedihkan.
Pemerintah perlu memberikan perhatian serius pada persoalan ini, mengingat jumlah petani gurem menurut hasil sensus pertanian tahun 1993 dan 2003 menunjukkan kenaikan yang amat signifikan. Jika pada tahun 1993 secara nasional jumlah petani gurem tercatat sekitar 10,8 juta KK/RTP maka pada Sensus Pertanian tahun 2003 angka itu naik menjadi sekitar 13,7 juta KK/RTP. Mayoritas dari petani gurem ini tinggal di Pulau Jawa, yaitu sebanyak 74,9 persen pada tahun 2003.
Lebih jauh, kebijakan pertanian perlu mengarah untuk menghilangkan subsistensi dan membuat petani berusaha tani dengan skala usaha yang menjanjikan kesejahteraan yang tinggi. Pelaksanaan berbagai kebijakan pembangunan sektor pertanian, harus dapat membuat petani menjadi kaya. Pasar hasil pertanian yang kita miliki harus kita gunakan untuk menyejahterakan petani dan memperkuat pertanian kita.
Dalam rangkaian usaha tani, tingkat keuntungan yang paling kecil sekaligus yang paling berisiko adalah pada budidaya. Sementara yang paling menguntungkan dan memiliki added value yang tinggi adalah industri pascapanen. Cabai, tomat, harganya seringkali jatuh; tetapi cabai botol dan tomat botol, harganya terus naik.

Harga Berfluktuasi
Petani juga menanggung risiko besar dalam berusaha karena karakter produk-produk pertanian ini harga jualnya selalu berfluktuasi. Fluktuasi harga produk pertanian yang sangat tinggi disebabkan oleh sifat produksinya yang sangat tergantung pada alam (musim), sementara konsumsinya merata sepanjang tahun. Kondisi harga jual produk pertanian yang fluktuatif tersebut, telah pula menjadi malapetaka bagi petani.
Oleh karenanya, post harvest perlu ditangani dengan baik oleh petani. Petani jangan hanya menghasilkan raw material, tetapi menghasilkan finished product, karena nilai tambah yang tinggi ada di proses itu. Industri pascapanen di perdesaan perlu dikembangkan, bukan yang besar-besar seperti Indofood, ABC, dan sebagainya tetapi industri rakyat di desa-desa.
Dengan kebijaksanaan itu, desa-desa akan terbangun menjadi unit-unit ekonomi, menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka ini, kita perlu meniru Taiwan. Kalau di Jepang dikenal sogososha seperti Mitsui, Mitsubishi, Marubeni, Toyomenka, dan sebagainya; di Taiwan, perusahaan-perusahaan raksasanya kurang dikenal, karena di Taiwan pengusahanya relatif lebih merata. Kelengkapan-kelengkapan makanan di restoran-restoran di Taiwan, berbeda dengan di Amerika dan Eropa. Kalau di restoran-restoran Eropa, Amerika, tomat botol dan cabai botolnya keluaran merek-merek dunia, seperti Delmonte, Lybbyâsi dan lain-lain, di Taiwan, mereknya tidak terkenal karena dihasilkan oleh pengusaha-pengusaha kecil di desa-desa penghasil bahan baku, dengan teknologi yang bagus.
Untuk Indonesia ke depan, di bidang pertanian untuk industri pascapanen, sebaiknya tidak mengembangkan industri yang besar-besar tapi industri-industri kecil yang banyak. Itu akan jauh lebih efisien, menghemat transpor, sekaligus menyejahterakan petani dan membangun perdesaan. Beberapa daerah sebenarnya telah mempunyai tradisi untuk itu, tinggal kita kembangkan lebih besar dari yang telah ada, misalnya dodol Garut, jenang Magelang, manisan buah dari Cianjur, dan lain-lainnya.
Harga produk-produk pertanian terutama gabah yang rendah, tingkat produktivitas yang rendah, rata-rata lahan petani yang sempit, dibarengi dengan meningkatnya biaya produksi telah menyebabkan pendapatan petani di bawah upah minimum regional (UMR). Untuk itu, harga beras, gula dan komoditi pertanian lainnya perlu dibuat lebih baik.
Kebijakan pangan mendatang tidak saja harus mampu mengatasi berbagai kendala yang dapat memperlemah ketahanan pangan, akan tetapi haru

Bagaimana manfaat pasar induk kramat jati untuk pedagang dan konsumen?
Q. terutama petani daerah dan pedagang besar

A. Untuk petani tidak berpengaruh besar, karena mayoritas petani tidak tahu & tidak berhubungan dengan Pasar Induk tetapi dengan tengkulak...




Powered by Yahoo! Answers

No comments:

Post a Comment